Kenali Gejala Difteri dan Cara Penanganan yang Tepat
Difteri
adalah infeksi yang disebabkan bakteri jahat yang akan mempengaruhi membran
mukosa di saluran tenggorokan dan hidung ketika Anda menderitanya. Bila
dibiarkan, penyakit ini bisa berakibat fatal, salah satunya kematian. Oleh
sebab itu Anda harus tahu gejala difteri dan bagaimana cara
penanganannya agar tak terjadi masalah yang serius!
Apa
Itu Difteri?
Sebelum
mengetahui apa saja gejala dari penyakit yang satu ini, ada baiknya Anda
mengetahui apa itu difteri lebih dulu. Difteri adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh infkesi bakteri yang memiliki efek serius pada selaput lendir
hidung dan tenggorokan dan disebabkan oleh bakteri bernama corynebacterium
dipheteriae.
Di
Indonesia, penyakit ini sudah terdeteksi pernah menimpa 23 provinsi dan menjadi
endemik beberapa waktu lalu. Penyakit ini sangat menular. Selain itu juga
berbahaya. Selama masa endemik di Indonesia, setidaknya ada banyak nyawa yang
melayang karenanya.
Gejala
Penyakit Difteri
Untuk
gejala, ada banyak gejala yang menandakan apakah Anda terkena penyakit ini atau
tidak. Pada umumnya, gejala tersebut baru muncul 2 hingga 5 hari setelah Anda
terkena virus difteri tersebut. Dengan kata lain, ada masa inkubasinya. Gejala
yang ditimbulkan adalah adanya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi
bagian kerongkongan dan amandel.
Selain
itu, Anda juga akan demam dan menggigil serta nyeri pada tenggorokan dan suara
serak. Sulit bernapas dan napas yang cepat juga bisa jadi tanda bahwa Anda
terserang penyakit difteri. Lalu, terjadinya pembengkakan di kelenjar getah
bening dan lemas serta lelah juga bisa jadi gejala difteri itu.
Pilih
yang awalnya cair lalu dilanjutkan hingga bercampur darah juga salah satunya.
Rasa tidak nyaman, gangguan penglihatan, bicara melantur dan tanda-tanda syok
seperti kulit dingin dan pucat, berkeringat dan lainnya juga penanda bahwa Anda
terkena penyakit difteri.
Pengobatan
Apa yang Cocok?
Pada
umumnya, dokter akan memberikan dua jenis obat pada penderita difteri ini. Obat
tersebut adalah antibiotik yang disarankan dikonsumsi selama 2 minggu. Selama
mengonsumsi antibiotik ini, pasien juga diharuskan menjalani isolasi sampai
sembuh walau ada juga kasus yang memperbolehkan pasiennya keluar setelah
beberapa hari konsumsi.
Selain
itu, Anda juga akan diberikan obat berupa antitoksin yang digunakan untuk
menetrasilisasi toksin atau racun yang ada di tubuh Anda. Namun, sebelum
pemberian antitoksin ini, biasanya dokter akan mengecek dan melakukan
serangkaian tes untuk mengetahui apakah Anda memiliki alergi atau tidak
terhadap obat itu.
Pencegahan
Difteri
Meski
penyakit ini sangat mudah menyebar, namun Anda bisa melakukan pencegahan agar
Anda tak tertular. Pencegahan itu adalah dengan melakukan vaksinasi difteri
yang diberikan lewat imunisasi DPT. Imunisasi ini diberikan lima kali semenjak
anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan dan 4 hingga 6 tahun.
Selain
itu, vaksinasi difteri juga bisa Anda dapatkan melalui imunisasi Td atau Tdap
untuk anak yang berusia antara 7 tahun. Vaksin ini akan dilanjutkan setiap 10
tahun sekali termasuk orang dewasa. Tujuannya tentu saja untuk memutus mata
rantai penyebaran penyakit difteri dan membuat sistem imun tubuh Anda menjadi
lebih kebal.
Sudah
tahu apa saja yang harus Anda ketahui tentang difteri, kan? Mulai dari gejala
difteri, cara pengobatan hingga cara pencegahannya. Selain mencegah dengan
cara vaksinasi, Anda juga harus menjaga kebersihan. Salah satunya adalah dengan
selalu cuci tangan dengan menggunakan sabun yang baik seperti sabun Lifebuoy
yang terbukti kualitasnya.